Pariwisata adalah salah satu daya tarik sebuah daerah, bisa dikatakan sebagai “anak gadis desa” indah dilihat dan dapat memukau mata sehingga orang akan tertarik untuk menghampirinya. Bila ingin mengunjungi sebuah daerah di Indonesia, sudah pasti objek wisata sangat diperhitungkan karena baik itu kunjungan kerja atau wisata mereka yang datang akan membelanjakan oleh-oleh khas daerah tersebut, tentu ini dapat menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya bagi warga sekitar yang terlibat langsung dalam pengelolaan pariwisata.
Pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan adalah bagian dari proses pembangunan daerah dan pembangunan karakter masyarakat (character building) menuju masyarakat yang mandiri, maju, adil, makmur dan beradab. Pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan juga merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek agama, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
Jadi, sudah jelas dengan adanya pariwisata dapat memakmurkan hati para menggunjung yang puas dengan pengalaman berwisata dan warga sekitar sebagai pengelola dan penjual dagangan khas daerah juga mendapatkan keuntungan.
Pada artikel kali ini saya akan membahas lebih detail tentang untuk siapa sebenarnya pariwisata itu dan sejauh mana pengembangan pariwisata baik dari segi meterai ataupun sumber daya manusia (SDM) khususnya di daerah Aceh. Kenapa pariwisata Aceh yang saya bahas? Aceh tidak lain dan tidak bukan adalah daerah kelahiran saya, selain itu beberapa tahun ini pariwisata Aceh terus digali kekayaannya baik dari segi spiritual dan alamnya, sehingga sangat menarik dibahas pariwisatanya.
[ytp_video source=”Oq5vLAiV5JA”]
Tahukah kamu bahwa Aceh merupakan salah satu destinasi terbaik Indonesia untuk Wisata halal? Ya, wisata halal adalah prioritas program pemerintah daerah Aceh untuk terus digali agar menjadi daya tarik parawisatawan berkunjung ke Aceh. Hal ini bukan semata-mata Karena Aceh mayoritas islam, tapi karena kekayaan warisan budaya dan benda bersejarah yang datang dari peradaban Islam sebelum Indonesia merdeka. Oleh karena itu, sudah sepantasnya Aceh ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia. Saya sendiri telah mengambil bagian sebagai salah satu pelopor pariwisata Aceh.
Pembangunan Pariwisataa Daerah Dimulai Dari Diri Sendiri
Ini bukanlah sebuah omongan belaka, ketertarikan saya dalam dunia pariwisata dimulai tahun 2013, saat itu Aceh tengah mempromosikan pariwisata dengan branding “Visit Aceh”, ada lomba blog kepariwisataan yang diselenggarakan sehingga saya mencoba untuk ikut dalam kategori tulisan blog. Ternyata setelah menggali tentang pariwisata Aceh untuk menulis diblog, saya cukup tercengang karena ternyata Aceh memiliki potensi wisata yang belimpah. Ya, walaupun pada saat lomba tersebut saya tidak menang, tapi saya lebih sedikit terbuka dengan dunia pariwisiata. Melihat gigihnya pemerintah daerah Aceh dalam mempromosikan pariwisata, pada tahun 2015 saya juga ikut ambil bagian dengan membuat sebuah situs kepariwisataan Aceh yang hingga saat ini masih online.
Berikut ini adalah tampilah situs www.visitaceh.id yang saya buat sendiri:
Situs ini saya bangun seorang diri hingga saat ini, mulai dari merencanakan master plan situs, membuat situs hingga mengisi konten semua saya lakukan sendiri. VisitAceh.id saya bangun untuk memberikan informasi pariwisata yang terlengkap untuk mereka yang ingin mengunjungi Aceh, namun saat ini masih dalam versi BETA dan dalam tahap pengembangan. VisitAceh.id terdiri dari beberapa bagian, www.visitaceh.id sebagai portal utama, https://directory.visitaceh.id sebagai direktori dimana penggunjung dapat menemukan informasi hotel, tempat wisata, akomodasi dan paket tour, hingga yang coming 2017 yaitu https://marketplace.visitaceh.id merupakan situs belanja online yang menjual khusus khas aceh seperti aksesoris, kopi, makanan dan lainnya yang merupakan sebuah kerjasama yang saya bentuk dengan beberapa pedagang untuk memasukkan produk mereka kedalama situs online sehingga lebih mudah mendapatkan konsumen. VisitAceh.id nantinya juga akan merangkul beberapa komunitas kecil yang tertarik dengan dunia pariwisata untuk bersama membangun konten positif pariwisata Aceh.
Dalam mengelolah situs visitaceh.id seorang diri bukan berarti saya orang yang egois, hanya saja saat ini belum tepat untuk merekrut anggota penggelola situs karena saya sendiri sedang disibukkan dengan urusan kuliah diluar Aceh dan saat ini masih menetap di Jakarta, rencananya perekrutan akan saya lakukan awal tahun 2017 tepat saat kuliah saya selasai guna memajukan pariwisata Aceh serta melengkapi konten situs.
Dengan memulai dari diri sendiri, saya yakin pariwisata suatu daerah akan berkembangan ditambah lagi bila ikut bergabung dengan komunitas pariwisata sehingga bisa menjadi bagian pengembangan pariwisata dengan saling bertukar pikiran.
Menggali potensi pariwisata Aceh
Pariwista Aceh memiliki potensi yang banyak dan belum sepenuhnya dimaksimalkan sehingga tidak ada alasan untuk menunda pengembangannya. Aceh sebagai bahagian dari Indonesia yang terletak strategis di kawasan paling barat Republik Indonesia memiliki kekayaan dan keberagaman warisan budaya dan sejarah masa lalu (cultural heritage), seperti budaya Islam, sejarah kerajaan Aceh, sejarah perang Kolonial, bencana gempa dan Tsunami (smong). Semua warisan peninggalan masa lalu tersebut terdiri dari budaya benda (tangible), seperti Masjid Raya Baiturrahman, naskah/benda kuno, Makam kuno, Kerkh of Peutjoet dan cagar budaya lainnya dan Budaya tak benda (intangible), seperti keberadaan 8 (delapan) etnis/suku bangsa (Aceh, Alas, Aneuk Jame, Gayo, Kluet, Tamiang, Singkil, Simelue), 13 (tiga belas) jenis bahasa daerah (Aceh, Alas, Aneuk Jamee, Gayo, Kluet, Tamiang, Julu, Haloban, Pakpak, Nias, Lekon, Sigulai, Devayan), adat istiadat dan seni tradisional Aceh dan lain-lain.
Melalui berbagai hasil penelitian (research), sejarah Aceh pada masa prasejarah dapat dibuktikan melalui penemuan peninggalan manusia prasejarahyang terdapat dikawasan Gua Kampung Mendale, Takengon (Kabupaten Aceh Tengah). Sementara, sejarah Aceh pada masa klasik dapat dibuktikan melalui penemuan 3 (tiga) situs penting yang terdapat dilokasi Indrapurwa, Indrapuridan Indrapatra, serta peninggalan sejarah pada masa Islam dan masa kolonial lainnya yang tersebar hampir di seluruh Aceh. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan Rekapitulasi Jumlah Situs/Bangunan Cagar Budaya Aceh Tahun 2012.
Terletak strategis di kawasan Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran internasional, Aceh memiliki sekitar 940 buah objek wisata yang telah terdata dan telah dikembangkan yang terdiri dari 531 (alam), 322 (budaya) dan 87 (minat khusus). Seluruh objek wisata tersebut yang memiliki nilai tambah dan nilai jual secara ekonomi tersebar hampir di seluruh Aceh. Tabel dibawah ini memperlihatkan Jumlah objek wisata Aceh menurut jenis Tahun 2012.
Seluruh objek wisata tersebut memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan nusantara dan mancanegara, sehingga menjadi potensi pengembangan pariwisata Aceh masa depan serta peluang investasi bagi investor dalam melakukan kerjasama investasi di sektor industri pariwisata.
Aceh juga memiliki kekayaan budaya, seperti tarian, adat istiadat dan kegiatan spiritual. Atraksi seni budaya tak benda dianggap penting dalam rangka mendukung keberadaan kekayaan budaya benda di Aceh. Budaya terdapat pada masing-masing daerah di Aceh, seperti rapai, rapai debus, rapai geleng, likok pulo, meuseukat, seureune kalee, seudati, saman, ranup lampuan, pemulia jamee, marhaban, didong, rebana dan qasidah gambus, sastra, pantun, syair, hikayat, seumapa, seni lukis (kaligrafi), dalail khairat, meurukon, dll. Tabel dibawah ini memperlihatkan rekapitulasi tarian Kabupaten/Kota se Aceh tahun 2012.
Selain itu, pemerintah Aceh juga menetapkan target kunjungan jumlah wisatawan untuk setiap tahunnya yang menargetkan peningkatan di setiap tahunnya serta perkiraan jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan selama berkunjung ke Aceh, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Aceh sebagai bahagian dari Indonesia yang sarat dengan berbagai peristiwa bersejarah pada masa lalu, khususnya sejarah Islam, Aceh juga dikenal dengan berbagai sebutan menarik, seperti “Serambi Mekkah”, “Bumi Iskandar Muda”, “Bumi Srikandi”, “Daerah Modal” dan “Tanah Rencong”. Sebutan tersebut akan sangat menguntungkan Aceh sebagai sebuah “branding image” dalam rangka mempromosikan Aceh sebagai salah satu DTW Budaya/Syariah di Indonesia.
Pembangunan Pariwisata Oleh Pemerintah
Dalam membangun pariwisata khususnya di daerah haruslah mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat dan daerah. Di Aceh khususnya, pemerintah sangat mendukung pengembangan pariwisata aceh mulai dari wisata halal, wisata kuliner, wisata sejarah hingga wisata peninggalan tsunami. Hal ini dilakukan semata-mata bukan hanya untuk menarik penggunjung dari berbagai daerah dan mancanegara, namun juga untuk memberikan kemakmuran pada rakyat untuk mendapatkan manfaat perputaran ekomoni serta terus mendorong masyarakat untuk peduli akan potensi pariwista.
Saat ini Aceh sedang merenovasi salah satu ikon wisata Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman yang bertujuan untuk memberikan nuansa baru dan perluasan area masjid seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Seperti yang saya kutip dari salah satu media online aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh saat ini sedang mempersiapkan sebuah bangunan di Taman Sari (Bustanul Salatin) Banda Aceh. Bangunan yang sedang dalam masa konstruksi tersebut adalah bangunan untuk museum digital pertama di Banda Aceh. Nantinya, museum tersebut bakal menjadi pusat pameran narasi kuno Aceh yang ditampilkan secara modern. Berikut ini gambar rancangan bangunan yang akan di bangun.
Saat ini, New Taman Sari Banda Aceh telah dibangun secara bertahap sehingga akan rampung pada akhir tahun 2017.
Selain mengembangkan infrastruktur ikonik, pemerintah Aceh juga melakukan pengembangan pembangunan Embung/Waduk, Gubernur Aceh telah merealisasikan anggaran sebesar Rp.312.058.740.975,-
Pembangunan sarana dan prasarana Pelabuhan yang telah direalisasikan :
- Pelabuhan penyeberangan Singkil – Kuala Bubon
- Pelabuhan Teupin Layeu, Sabang
- Pelabuhan Rakyat Kuala Raja, Bireuen
- Pelabuhan Rakyat Meuligeu, Aceh Besar
- Pelabuhan Susoh di teluk Surien, Aceh Barat Daya
- Pelabuhan Laweung, Pidie
- Peningkatan Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara
- Pembangunan Pelabuhan Rakyat Lhok Kruet, Aceh Jaya
- Pembangunan Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya Aceh Besar
- Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa.
Pembangunan dan Rehabilitasi fasilitas sarana dan prasarana Bandar Udara:
- Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM)
- Bandara Senebung, Gayo Lues
- Bandara Kuala Batu, Aceh Barat Daya
- Bandara Syeikh Hamzah Fansuri, Aceh Singkil
- Bandara Alas Leuser, Aceh Tenggara
- Bandara Cut Nyak Dien, Nagan Raya
- Bandara Malikul Saleh, Aceh Utara
- Bandara Rembele, Bener Meriah
- Bandara Cut Ali, Aceh Selatan
- Bandara Maimun Saleh, Sabang
- Bandara Lasikin, Simeulue
Pembangunan-pembangunan sarana transportasi yang dilakukan oleh pemerintah Aceh tentu sangat berguna untuk masyarakat guna melakukan aktivitas ekonomi dan pastinya dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dengan mudahnya akses transportasi yang dimiliki Aceh.
Branding Baru “The Light of Aceh”, semangat baru pariwisata Aceh
Tidak tanggun-tanggung, dalam rangka mempositifkan Aceh di mata nasional dan internasional pemerintah Aceh terus mengenjot potensi pariwisata Aceh salah satunya dengan meluncurkan branding baru “The Light of Aceh” atau dalam bahasa indonesia “Cahaya Aceh” pada bulan Juli 2016 lalu. Ini merefleksikan semangat bagi seluruh masyarakat yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil ‘alamiin, sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemakmuran, dan memberikan manfaat serta kebaikan bagi semua pihak.
Peluncuran branding baru ini menujukkan keseriusan Aceh dalam menggarap dan menggali potensi pariwisata yang ada. Wisata Halal adalah salah satu fokus utama Aceh dalam membangun kepariwisataan. Bukan tanpa alasan, mengingat wisata dan gaya hidup halal telah menjadi trend global, wisatawan non-muslim juga dapat menikmati jenis wisata ini. Halal produk telah menjadi pilihan hidup masyarakat di dunia, bukan hanya karena mengikuti aturan syariah bagi muslim, namun juga alasan kesehatan bagi non-muslim.
Tentang Wisata Halal
Bicara wisata halal, khususnya Aceh punya beberapa peluang dan kesempatan dalam memperjelas positioning serta arah dalam mengemas branding baru “The Light of Aceh”, inilah beberapa poin penting:
- Di bidang pariwisata, Aceh mempertegas posisinya sebagai destinasi wisata halal di Indonesia.
- Wisata dan gaya hidup halal telah menjadi trend global, wisatawan non-muslim juga dapat menikmati jenis wisata ini.
- Sebagai negeri yang semua sendi kehidupan berlandaskan syariat Islam, termasuk pariwisata, Aceh punya branding kuat mewujudkan destinasi wisata halal.
- Kementerian Pariwisata RI tahun ini menominasikan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia.
- Sebagai daerah yang punya potensi besar di bidang pariwisata, pemerintah Aceh menjadikan pariwisata sebagai leading sector pasca era minyak dan gas, sehingga dapat menggeliatkan roda ekonomi masyarakat.
Untuk mewujudkan keseriusan Aceh dalam wisata halal, pemerintah indonesia mengutus Aceh sebagai perwakilan dalam ajang World Halal Tourism Award 2016 yang saat ini tengah berlangsung pemilihannya. Aceh masuk putaran 5 besar dalam kategori “World’s Best Halal Cultural Destination” dan “World’s Best Airport for Halal Travellers”. Acara ini juga diikuti oleh daerah perwakilan Indonesia lainnya dalam 12 kategori berbeda.
Bagi Anda yang membaca artikel ini dapat membantu voting Indonesia untuk memenangkan di ajang World Halal Toursim dengan mengunjungi link voteindonesia.com
Pentingnya sumber daya manusia (SDM) dalam pembangunan pariwisata
Untuk membangun sebuah pariwisata yang baik dan handal, diperlukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang peduli dalam mengelola pariwisata itu sendiri. Karena sangat mustahil bila pengembangan pariwisata hanya dilakukan oleh pemerintah dalam hal infratruktur dan penggalian potensi namun tidak dengan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peran SDM sangat penting sebagai pengelola dan pemantau pengembangan pariwisata.
Dalam hal ini pemerintah Aceh telah banyak menlakukan banyak hal untuk menyadarkan masyarakat Aceh agar sadar dan menjadi bagian dari SDM yang handal dalam mengelolan pariwisata Aceh. untuk menwujudkannya dinas pawisata dan budaya Aceh serta Kementrian pariwisata Indonesia besama organisasi swasta melakukan pelatihan-pelatihan tentang kepariwisataan guna mencetak kader SDM yang handal dalam mengelola pariwisata Aceh.
Adapun pelatihan yang pernah dilakukan adalah “Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan” diselenggarakan oleh Pasific Asia Travel Association (PATA) bekerja sama dengan dinas pariwisata Aceh. Pelatihan yang berlangsung 2 hari ini sempat saya ikuti yang kebelutan di adakan saat sedang libur kuliah, sehingga saya menyempatkan diri untuk belajar lebih banyak tentang cara mengelola pariwisata.
Selain itu, pemerintah juga mengembangkan SDM dalam bidang digital dengan tema “Go Digital be The Best” yang mengajak para pelaku bisnis pariwisata untuk memperkuat dibidang digital sehingga para wisatawan dengan mudah terhubung dengan travel agent di Aceh.
Tidak sampai disitu, DISBUDPAR Aceh juga merangkul seluruh komunitas kepariwisataan untuk mewujudkan Aceh sebagai destinasi wisata halal yang wajib dikunjungi. Hal ini membakar semangat saya dalam memberi kontribusi terhadap pariwisata Aceh.
Berikut ini adalah foto dan video yang meperlihatkan bagaimana antusiasnya warga dan juga para komunitas SDM pariwisata Aceh dalam memenangkan Aceh dalam World Halal Tourism Award 2016.
Luar biasa, semangat nge-vote bareng SMK Penerbangan. Siap #menangkanindonesia lewat https://t.co/IoQVg2f0Z6 @donkardono @indtravel pic.twitter.com/ArnVvA3Oj9
— I Love Aceh (@iloveaceh) November 7, 2016
Harapan Aceh Indonesia sebagai Pemenang pada World Halal Tourism Awards adalah sebuah keniscayaan. Mari semua bergerak bersama dan VOTING.. pic.twitter.com/K7aVAHeJIj
— Rahmadhani Sulaiman (@Rahmadhani1111) November 7, 2016
Siswi Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School juga ikut dukung #menangkanindonesia melalui https://t.co/roGM8EnUAs #halaltourismID pic.twitter.com/2DO1f7s3UN
— Pesona Cahaya Aceh (@aceh_disbudpar) November 6, 2016
Ajak vote utk #menangkanindonesia lewat https://t.co/roGM8EnUAs jg berlangsung di Camping 100 Hammock #halaltourismID pic.twitter.com/mVqAH7BFSJ
— Pesona Cahaya Aceh (@aceh_disbudpar) November 6, 2016
Ajakan vote #menangkanindonesia bersama Pak Tazbir, Asdep Pengemb. Segmen Pasar Bisnis & Pemerintah @Kemenpar_RI di Blangpadang @donkardono pic.twitter.com/rVMYpb2CUR
— Pesona Cahaya Aceh (@aceh_disbudpar) November 6, 2016
Dukungan utk #menangkanindonesia di #WHTA2016 melalui https://t.co/roGM8EnUAs dari SMAN 11 Banda Aceh #halaltourismID pic.twitter.com/8r5zmhXUCC
— Pesona Cahaya Aceh (@aceh_disbudpar) November 2, 2016
Dengan pengembangan pariwisata yang mereta, diharapkan dapat menghidupkan ekonomi rakyat sekitar dan pastinya dapat meningkatkan power of buyer masyarakat meningkat. Penggalian potensi pariwisata bukan hanya PR bagi pemerintah, namun juga bagi SDM setempat agar peduli dengan kekayaan budaya dan pariwisata yang dimiliki agar dapat menarik banyak wisatawan nasional dan internasional.
Pemeritah pusat saat ini memang memiliki fokus membangun pariwisata Indonesia lebih baik lagi, salah satunya dengan membentuk program 10 Bali Baru. Sepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah pada 2016 ini adalah Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Kini tinggal SDM saja yang menentukan, apakah akan merawat dan menjaga pariwisata yang telah dikembangkan atau tidak.
Sekian artikel saya tentang mengulas seberapa banyak yang dilakukan oleh pemerintah khususnya untuk Aceh dalam menggali poternsi pariwsiata Aceh untuk kemakmuran rakyat. Terima kasih
Sumber