Beberapa bulan terakhir sedang hype banget yang namanya trading Bitcoin, salah satu mata uang digital a.k.a kripto. Karena harganya naik gila-gilaan, sampai membuat sepi pasar saham dan reksa dana di Indonesia.
Investor baru seperti kamu mungkin bakal galau, lebih bagus mana sih antara Bitcoin, Saham dan Reksadana untuk investasi jangka panjang?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, di artikel ini saya bakalan ulas ketiga perbedaan instrumen investasinya. Siapa tau ada yang cocok untuk kamu kan.
Bitcoin VS Saham VS Reksadana
Kegilaan harga Bitcoin
Kita tarik dulu ke cerita awal, di mana awal mula Bitcoin jadi booming di kalangan investor.
Bitcoin merupakan sebuah mata uang baru berwujud uang elektronik yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto (nama samaran) pada tahun 2009.
Bitcoin dapat digunakan untuk bertransaksi di dunia maya tanpa menggunakan perantara alias tidak menggunakan jasa bank. Bitcoin sendiri bekerja dengan menggunakan sistem peer to peer (P2P) tanpa penyimpanan atau administrator tunggal.
Bitcoin memang masih bersifat pro-kontra di masyarakat.
Tapi beberapa kalangan masih mempercayai bahwa Bitcoin merupakan mata uang digital di masa depan. Menariknya, meski tidak didukung pemerintah, Bitcoin dapat ditukar dengan mata uang konvensional.
Nilai tukar Bitcoin terhadap dollar yang cukup kuat pada akhirnya membuat banyak calon investor yang membeli Bitcoin.
Apalagi sekarang perusahaan besar seperti PayPal sudah mengadopsi Bitcoin dalam aplikasinya.
Belum lagi, Elon Musk sebagai salah satu orang terkaya di dunia asik pom-pom Bitcoin hingga harganya to the moon. Pakai dijadiin deskripsi lagi.
Selain itu keputusan Tesla menerima pembayaran pakai Bitcoin juga membuat harga Bitcoin semakin menggila.
Pada bulan Februari 2021 kemarin, Bitcoin baru saja mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai 50.487 dollar AS per keping atau sekitar Rp 706,8 juta (kurs Rp 14.000).
Pada Sabtu (1 Mei 2021) pukul 09.42 WIB, harga Bitcoin melesat hingga ke angka di US$ 58.329,27.
Tapi kejayaan Bitcoin dipuncak buyar, usai Elon Musk kembali menggumumkan bahwa Tesla gak jadi pakai Bitcoin sebagai opsi pembayaran.
Fluktuasi Bitcoin yang gila-gilaan bisa membuat kamu berpikir dua kali kalau mau ikutan. Apalagi BI dan OJK masih melarang penggunaan Bitcoin untuk belanja.
Pasar saham turun-turun manja
Jadi, gimana kabar pasar saham selama Bitcoin berapi-api?
Tidak bisa dipungkiri jika kenaikan harga Bitcoin membuat pasar saham sepi. Hal ini bisa kamu lihat dari chart IHSG di bawah ini.
Namun Bitcoin tidak serta merta membuat pasar saham ditinggal begitu saja.
Dengan wujud yang lebih real, di mana pergerakan saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Ada regulasi resmi dari OJK juga tentunya.
Kamu pun juga mudah belajar saham, karena ilmu ada untuk analisa baik secara fundamental atau teknikal.
Berbagai kelas belajar saham juga tersedia banyak dan gratis dari berbagai sekuritas di Indonesia.
Reksa dana, buat yang gak mau ribet saat investasi
Kita udah kenal dengan Bitcoin dan saham, di mana kedua instrumen tersebut membutuhkan keahlian dari investor untuk menganalisa dan ketepatan dalam melakukan transaksi jual-beli.
Silap dikit, gak ke bayang deh ruginya bakalan gimana.
Buat kamu yang gak terlalu hobi analisis dan terlalu sibuk untuk bisa jual-beli instrumen investasi sendiri, kamu bisa coba yang namanya investasi reksa dana.
Alih-alih kamu fokus sama trading harian yang bikin jantung deg-degan waktu nilai investasi turun, mending fokus ke investasi jangka panjang aja di reksa dana.
Reksadana adalah instrumen investasi
Ada banyak kelebihan yang bisa kamu dapat jika mula investasi di reksa dana, yaitu:
Kelebihan investasi reksa dana
- Cara jadi investor mudah, daftarnya gak ribet
- Bisa mulai investasi dengan modal kecil (Rp10.000 biasanya)
- Dana dikelola oleh Manajer Investasi, investor tinggal duduk manis aja
- Risiko minim karena investasi terdiversifikasi
Investasi reksa dana juga cocok untuk kamu yang fokus investasi untuk masa depan. Selain pilihan jenis reksa dana yang banyak, kamu juga bisa sesuaikan dengan profil risiko kamu.
Karena memang ada baiknya investasi dilakukan fokus untuk jangka panjang guna mendapatkan profit yang maksimal.
Mulai investasi reksa dana dengan mudah bersama Bibit
Pengen investasi reksa dana sekarang juga, tapi bingung caranya gimana?
Kamu bisa mulai investasi reksa dana di aplikasi Bibit.
Bersama aplikasi Bibit, kamu bisa investasi reksa dana untuk tujuan jangka panjang kamu. Misalnya kamu punya investasi untuk membeli sesuatu yang diinginkan.
Tujuan investasi yang disediakan Bibit juga sudah banyak kategorinya, ada 12 tujuan. Pilih aja sesuai kebutuhan kamu.
Saya ada coba buat contoh cara buatnya dengan seperti slide di bawah ini.
Dengan membuat tujuan investasi, kamu jadi bisa fokus pada tujuan dan mengetahui berapa besar uang yang perlu kamu tabungan di reksa dana dengan waktu lama yang telah ditentukan.
Bagaimana, jadi lebih suka investasi di Bitcoin, saham atau reksa dana?
Dari pada deg-degan lihat chart Bitcoin atau Saham, kamu bisa coba investasi di reksa dana biar gak ribet lagi lakukan analisa sendiri.
Sekian artikel kali ini. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk tinggalkan di kolom komentar!